Minggu ini (30 Juli – 6 Agustus 2017) adalah minggu yang istimewa karena orang muda Asia datang ke Indonesia, untuk bertemu dengan Yesus. “Selamat datang para peserta AYD ke-7 live in Keuskupan Agung Pontianak”, demikian pengantar yang disampaikan Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus saat misa pembukaan di gereja Katolik Paroki Santo Yosep Katedral Pontianak.
Acara dimulai tepat pukul 16.00
WIB diawali dengan Theme Song Asian
Youth Day 2017. Sontak suasana gereja semarak oleh suara
peserta AYD (live in) yang menggema, penuh semangat dan energik diikuti dengan gerakan
tangan dan tubuh. Usai lagu langsung disambut dengan Jargon/yel-yel Asian
Youth Day 2017.
Perutusan OMK dalam Days in
Dioceses
Uskup Keuskupan Ketapang didaulat untuk
memberikan renungan dalam bahasa Inggris. Dalam renungannya, Mgr. Pius Riana
Prapdi mengatakan hari ini Yesus bersabda Kerajaan Allah itu seumpama harta terpendam, mutiara yang
indah. Orang yang menemukan harta dan mutiara bersukacita. Kemudian menjual
harta bendanya untuk membeli harta dan mutiara. Perjumpaan dengan Yesus membuat
orang berani berubah. Bukan hanya mengubah diri tetapi juga mengubah kehidupan.
Menurut Mgr. Pius Riana Prapdi, ada tiga tanda perubahan dalam perjumpaan
dengan Yesus, yaitu:
sukacita, menjual seluruh miliknya dan memiliki hidup baru.
“Tanda pertama orang yang bertemu dengan Yesus adalah SUKACITA. Itu
adalah tanda orang yang menerima Kerajaan Allah. Ia menjadi anak Allah. Itulah
jatidiri kita: kita adalah anak-anak Allah yang terkasih. Kita semua adalah
orang-orang yang diistimewakan oleh Allah. Kita menjadi milik eksklusif Allah”, ujar Mgr.
Pius Riana Prapdi.
Dikatakanya, sukacita menjadi sempurna karena Yesus tidak
meninggalkan orang muda ketika berdosa melainkan menebus dengan darahNya di
kayu salib. Di mataNya orang muda berharga, harga kalian tak ternilai.
Mgr. Pius Riana Prapdi, saat kita merayakan Asian youth Day dengan tema “Joyful Asian Youth! Living
The Gospel in Multicultural Asia adalah saat mensyukuri
orang muda untuk Kerajaan Allah. Orang muda adalah jantung hati Gereja.
Dijelaskan Mgr. Pius Riana Prapd,
tanda kedua adalah menjual
seluruh miliknya. Di mata Allah segala milik
kalian tidak penting. Ia tidak peduli pakaian atau gadget mu. Allah menyuruh
menjual segala luka-luka kita, kecemasan dan kedosaan kita. Tuhan telah
memanggil dan memilih kita dan orang muda untuk “mendatangkan kebaikan”.
Mgr. Pius Riana Prapdi mengajak para peserta AYD 2017 (live in), untuk menjual seluruh luka-luka hidup masa lalu. Membersihkan medan kehidupan seperti perdagangan manusia, kekerasan, intoleransi, penyalahgunaan
narkoba, pengangguran dan perusakan lingkungan hidup.
Kata Mgr. Pius Riana Prapdi , tanda
ketiga perjumpaan dengan Yesus adalah memiliki hidup baru. Saat ini, kita
memerlukan orang muda yang dinamis, yang bergerak seperti pedagang yang harus mencari
barang dagangannya, seperti nelayan yang harus bergiat mencari ikan. Orang muda
diutus untuk segera bergerak.
Usai misa peserta AYD 2017 (live
in) Keuskupan Agung Pontianak diarahkan dan dipersiapkan berangkat menuju
paroki yang sudah ditentukan. Selama dua hari (31 Juli s.d. 1 Agustus 2017)
mereka akan berada di paroki-paroki mengenal budaya dan kehidupan masyarakat
setempat. Selamat datang peserta AYD 2017 (live in), OMK di paroki-paroki telah
menantimu.
Paulus
Mashuri
Foto :
Samuel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar