“Dalam berbagai hal, kadang kita harus lebih dan harus
lebih banyak bersyukur atas segala kebaikan yang telah Tuhan berikan kepada
kita. Sebagai orang awam kadang kita juga membutuhkan sejarah darimana diri
kita berasal. Dan mengapa penting menghormati budaya”
Singkawang,
yang sering dikenal dengan istilah kota Amoy atau kota seribu Kelenteng. Kota
ini bergelar seperti ini memang dari “sono”nya yang banyak pendatang dari
Tiongkok. Untuk lebih jelasnya mungkin bisa baca sejarah Kota Singkawang, atau
lansung bertemu dengan orang yang pakar sejarah di Kota Singkawang.
Kembali
lagi pada kilas Singkawang yang terkenal dengan budaya Imlek yag luar biasa,
baik dari persiapan sebelum menyambut tahun baru imlek maupun sampai pada
perayaan hari imlek. Semua keluarga sudah bersiap-siap menyambut tahun baru.
Biasanya, sebulan sebelum hari raya, umumnya keluarga sudah menyiapkan berbagai
perlengkapan untuk Imlek.
Ada
yang membersihkan rumah, membuat kue, menyiapkan uang untuk Angpao, membetulkan
bagian rumah yang tampak rusak, mengecat rumah biasanya dan masih banyak lagi
kebiasaan yang diperuntukkan persiapan hari raya tahunan ini.
Sesuai dengan kebijakan Pastoral
KAP
Keuskupan
Agung Pontianak, belum lama ini sudah meluncurkan kebijakan pastoral KAP
terkait hari raya Imlek dan sekaligus menghadapi masa Prapaskah. Dalam
artikelnya, menunjukkan bahwa gerjea katolik roma, tidak melarang adanya budaya
yang bertujuan untuk menghormati cara hidup leluhur dahulu.
Karena
dengan adanya cara hidup orang leluhur terdahulu, maka para keturunannya
semakin mengenal dan mengerti cara hidup yang bermoral, etika dalam masyarakat,
bagaimana hidup dalam keluarga, timbulnya berbagai filosofi hidup dalam
keluarga, dan masih banyak sekali. Hal itu tidak terlepas dengan pengaruh moral
yang hidup dimasa lampau hingga sampai sekarang.
Kira-kira
sampai di Kota Singkawang kala itu sekitar jam 16.00 WIB. Sesampai di paroki
Singkawang, Uskup menggunakan waktu sejenak untuk beristirahat sampai pada jam
17.00 WIB kala itu. Strat dari paroki
menuju rumah keluarga Pastor William Chang, OFMCap di Singkawang dari jam !7.00
WIB, disambut dengan hangat, bersama pastor paroki kala itu. Hidangan mewah,
menjadi santap malam yang memanjakan perut ditambah dengan minuman ‘khas’ Uskup
alias bir menemani santap sore sebelum menuju malam pembukaan Imlek di
Singkawang.
Usai
makan malam, tibalah saatnya untuk berangkat ke undangan bersama pemerintah
Kota Singkawang di Lapangan Kridasana. Sebelum dimulainya acara, lapangan sudah
dipadati dengan ribuan orang yang turut ikut dalam pembukaan malam Cap Go Meh.
Uskup ikut diundang Pukul Beduk
Pembukaan
Sebagai
pihak Gereja Katolik, Uskup Agus sangat menghargai perbedaan dan sekaligus
sangat menghargai budaya. Oleh sebab itu, bentuk dukungannya terhadap budaya
Tionghua, Uskup juga sangat menghargai Tjhai Chui Mie sebagai walikota di
Singkawang (dari pihak pemerintah).
Jadi
pada dasarnya, gereja katolik sangat mendukung kebijakan pemerintah yang
bekerja untuk rakyatnya. Semangat inilah yang menjadi kekuatan dalam
mengerakkan langkahnya untuk meluangkan waktu demi kebutuhan banyak orang.
“Sebagai
pihak rohaniwan, kita juga berkewajiban untuk menghadiri dan ikut partisipasi
kegiatan yang berbasis pemerintahan, apalagi yang tujuannya untuk budaya,” ujar
Uskup dalam obrolan singkat.
Tarian Nasional dari Sabang sampai Merauke
Mengingat
kita adalah negara Indonesia, jadi tidak ada yang melaksanakan sesuatu hanya
atas satu suku alias etnih saja. Hal ini ditunjukkan oleh kota Singkawang
mengenai pertunjukan tarian yang dari Sabang sampai dengan Merauke. Jenis
musiknya, sampai dengan kostum menggundang mata untuk ‘terbelanga’ melihat
penampilan indah malam itu.
Penampilan
seperti itu, bermakna agar setiap suku atau rass yang ada di Negara Indonesia
turut menghargai budaya yang satu dengan yang lain. Dengan itu, makna dari
Kebhinekaan benar-benar menjadi garam dan terang untuk Indonesia bahkan untuk
Dunia.
Pada
kesempatan Open House Perayaan Imlek, Jumat 16 Februari 2018 lalu, Mgr. Agus bertandang
ke rumah Walikota Singkawang. Di temani Pastor Paroki Singkawang, beberapa
pastor, suster dan frater serta umat, rombongan diterima dengan hangat oleh Bu
Walikota.
Turut
hadir dalam open house tersebut, Wakil Wali Kota Singkawang, Irwan beserta
istri, Kepala OPD beserta jajaran, masyarakat umum, dari polres Singkawang dan
jajaran Rindam XII/Tanjungpura.
Diakuinya pula pada perayaan Imlek kali
ini cukup meriah, dan antusias masyarakat lebih tinggi.
"Tiap tahun Imlek sebenarnya sama
mungkin suasananya beda, tahun ini lebih meriah. Antusias masyarakat yang
berpartisipasi lebih banyak, ini juga karena kerja keras panitia Imlek dan Cap
Go Meh 2018," tutur Walikota.
Usai
menyantap hidangan yang tersedia, sontak MC meminta Mgr. Agus untuk bernyanyi.
Tanpa ragu dan canggung, Mgr. Agus tampil membawakan dua lagu berbahasa Inggris. Semua yang hadir merasa terhibur dan tak
mengira kalau seorang Uskup Agung bisa juga bernyanyi.
Kehadiran
Mgr. Agus pada Imlek kali ini di Singkawang merupakan signal/tanda bahwa Gereja
hadir untuk semua umat, tanpa pandang RAS dan Suku atau pun golongan. Dan Gereja
menghargai tradisi dan budaya yang berkembang dan hidup di tengah-tengah umat. (Paul-Semz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar