Minggu, 15 Januari 2017

Uskup Prihatin Minimnya Pelayanan Rohani Di Rutan dan Lapas


Di Penghujung Desember 2016 lalu (27-29-30), Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, Pr mengadakan safari Natal ke rutan dan lapas di daerah Pontianak, Kubu Raya, Mempawah dan Singkawang. Safari Natal dimaksudkan untuk menyapa mereka yang menderita, tersingkir, dianggap sebagai kelas ”bawah”, seperti sabda Tuhan dalam Mat 25:36, “... ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku”.

Kepada DUTA Uskup Agus mengatakan Pelayanan Rohani di penjara diharapkan bisa terus dilakukan oleh Gereja Katolik. Uskup berharap, makin banyak umat, kelompok, dan paroki yang tergerak untuk terlibat, terutama Pastor Paroki yang menjadi gembala di wilayah tersebut.

Menurut Uskup Agus, kegiatan-kegiatan rohani dapat mengurangi rasa bosan dan sepi para narapidana dan juga trauma yang pernah mereka alami. Mereka bisa diajak untuk pendalaman Kitab Suci, bernyanyi dan mendengarkan sabda Tuhan dalam sebuah misa atau ibadat.

Dengan mendengarkan sabda Tuhan secara rutin (terjadwal), lanjut Uskup Agus, para narapidana dapat merefleksikan tindakan mereka di masa lampau dan menyadari apa yang mereka lakukan itu bertentangan dengan ajaran Tuhan.

Uskup Agus menegaskan, para Pastor yang berkarya di wilayah tersebut seharusnya wajib juga mengunjungi penjara untuk merayakan Ekaristi dan melayani sakramen Tobat.

“Saya mengharapkan Gereja melanjutkan pelayanannya di penjara, karena pelayanan itu sungguh membantu para narapidana mengubah tingkah laku mereka. Dan harapannya, setelah mereka bebas mereka akan mempunyai iman yang kuat dan hidup baik di tengah-tengah masyarakat,” tandas Uskup Agus.

Dari informasi yang diperoleh Uskup Agus dari para penghuni rutan dan lapas, terungkap bahwa pelayanan ibadat memang ada, tetapi pelayanan yang terkait dengan pendalaman iman, seperti pendalaman Kitab Suci sangat jarang sekali. Diakui oleh para penghuni, dulu memang pernah ada pastor yang memberikan pelayanan, namun beberapa tahun belakangan ini hilang sama sekali.

Menurut Uskup Agus orang-orang dari kalangan Kristen lebih sering melayani para penghuni lapas dan rutan daripada Gereja Katolik. “Seperti contoh di lapas anak-anak Sungai Raya, belum pernah sama sekali di adakan misa, baru pertama kali ketika saya berkunjung ke sana. Ini kan sangat memprihatinkan,” ujar Uskup Agus.

Sekurang-kurangnya Uskup Agus mengharapkan, ada pelayanan misa satu bulan sekali. Kalau pun Pastor Parokinya berhalangan, paling tidak bisa saling koordinasi dengan Pastor Paroki terdekat. “Kan tidak mungkin semuanya harus menunggu dari keuskupan atau uskupnya,”tegas Uskup Agus.

“Sekali lagi saya berharap, para pastor bisa saling koordinasi untuk memberikan pelayanan pastoral bagi para napi, sehingga napi Katolik mendapatkan pembinaan dan pendampingan rohani lebih intensif,” pinta Uskup Agus.

Uskup Agus berharap, para Pastor tidak berpikir bahwa banyak juga umat di paroki tidak terlayani karena jumlahnya begitu banyak. Tetapi ini berbeda dengan umat biasa. Justru mereka ini adalah sesama kita yang perlu ditolong dan disapa. Dalam penjara, para napi seringkali mengalami ketakutan, merasa disingkirkan, dan tidak diterima orang,”kata Uskup Agus.

”Mereka ini lebih menderita daripada kita,” lanjut Uskup Agus. Setelah bebas pun, nasibnya masih terpuruk. Bila para mantan napi itu putus asa, besar kemungkinan mereka kembali ke dunia lama. Akibatnya, pembinaan rohani yang dilakukan di penjara akan sia-sia. Gereja Katolik harus hadir untuk menolong mereka.


Uskup Agus mendesak umat Katolik untuk selalu memberikan kesempatan kepada orang-orang berdosa.

Uskup Agus mengatakan seorang Katolik yang baik memberikan harapan kepada orang yang putus asa, mereka yang telah dilupakan oleh masyarakat, mereka yang ditinggalkan oleh orangtua mereka, para pecandu, orang miskin, dan penjahat.

Harapan akan mata air abadi. Selalu ada kesempatan berubah menjadi lebih baik karena pusat kehidupan kita adalah Yesus. Semoga!!
PM



Tidak ada komentar:

Posting Komentar