Kreativitas Orang Muda Katolik (OMK)
kembali terlihat jelang perayaan Natal beberapa waktu lalu. Kalau pada Natal tahun 2015
lalu ada pohon Natal berbahan kertas koran bekas, Natal tahun 2016 ini dibuat dari CD
yang tak terpakai lagi.
Kerangka besi
membentuk pohon Natal menjulang setinggi delapan meter di halaman Gereja Stella
Maris Siantan, Jalan Gusti M. Situt, Pontianak Utara. Besi yang dirakit
mengadopsi pohon cemara dengan diameter bawah empat meter itu dipasang paranet (jaring)
yang sudah ditempelkan kepingan compact disc (CD) bekas.
Saat itu, di
teras gereja, empat pemuda sedang sibuk memasang kepingan CD di atas para net
(jaring) yang dihamparkan. Salah seorang dari mereka, Yustinus Robi, merupakan
penggagas membuat pohon natal yang memanfaatkan piringan yang sudah tidak
terpakai itu.
Pembuatan
pohon yang identik dengan perayaan Natal ini dibuat oleh tangan-tangan kreatif
OMK (Orang Muda Katolik) Santo Aloysius Gonzaga. Disebut-sebut bahwa ini pohon Natal
tertinggi yang pernah dibuat di Kalbar.
Saking
rumitnya, dibutuhkan ketelitian super ketika memasang jaring dan hiasan di
pohon tersebut. Sehingga, pembuatannya memakan waktu cukup lama. Aliran listrik
diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi korsleting. Sebab, pohon ditaruh di
halaman gereja atau alam terbuka.
“Ini juga
pertama kali kami buat dari rangka besi, sebelumnya dari kayu setinggi enam
meter,” papar Robi.
Disela
kesibukannya membuat pohon Natal tersebut, ia menceritakan ide muncul saat melihat
kepingan CD di rumah keluarganya yang telah rusak, tidak terurus. Saat rapat
bersama persiapan Natal, gagasannya itu disampaikan. Dan disetujui.
“Konsep awal
itu kepingan CD bekas ini kita tempelkan pada kain, lalu kita balutkan pada
kerangka pohon Natal,” ungkap pemuda asal Ketapang ini.
Kepingan CD
itu mereka tempelkan dengan cara diikat menggunakan senar pancing berwarna
transparan. Bagian sebelah dalam CD menghadap keluar atau posisi telentang
sehingga tampak berkilau saat terkena sinar matahari.
Robi yang
sekaligus Ketua OMK Santo Aloysius Gonzaga menjelaskan, ada beberapa
pertimbangan menggunakan jaring yang biasa dipakai untuk keramba ikan. Antara
lain, ketika diterpa angin, tidak mudah roboh. Sedangkan kerangka sudah
dirancang dan disiapkan sejak tiga minggu yang lalu. Pada besi-besi tersebut
tedapat pengait yang dilas kemudian dirakit.
“Awalnya kita
akan menggunakan kerangka terbuat dari kayu. Besi ini kita pilih karena tahun
depan bisa dipakai lagi dan tahan lama,” ujarnya.
Begitu ribetnya
menghias pohon Natal tersebut, ia menuturkan, sampai harus dikerjakan 10 orang.
Meski, sebenarnya, jika dikerjakan seharian penuh mungkin cepat selesai.
“Rata-rata
kami mahasiswa, mengerjakan ini setelah pulang kuliah. Sore baru kawan-kawan ke
sini,” beber Robi.
Dan,
menjelang sore, para OMK berdatangan. Pekerjaan pun dimulai di posisi
masing-masing. Paranet yang telah disusun dengan CD bekas tadi dikaitkan pada
kawat yang telah dipasang melingkar pada rangka.
Kerja sama
dan kekompakan tim kunci utamanya. Dengan penuh kehati-hatian mereka “membalut”
kerangka pohon tesebut dengan kepingan CD yang sudah ditempelkan pada paranet.
Pemasangan mulai dari atas, bergantian menaiki tangga.
Karena
rangka besi itu didirikan di atas tanah, sangat rentan tangga yang mereka
gunakan itu tumbang. Maka salah satunya bertugas memegang atau menahan tangga
tersebut.
Pemuda
lainnya mempersiapkan instalasi listrik seperti menyambung kabel. Selain
menambah nilai estetika, ketelitian saat memasang hiasan lampu juga tetap
diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Di sinilah
tingkat kesulitannya yang tinggi. Melilit jala dikerjakan dengan teliti. Tak
jarang ketika sudah dipasang mau tak mau harus dilepaskan lagi karena kurang
rapi. Mereka mencoba menghasilkan karya terbaik.
Meski begitu,
candaan santun ciri khas anak muda terdengar sesekali. Di balik keseriusan
mengerjakan pohon Natal ini, kadang ada beberapa dari mereka yang mengusili
temannya. Ada juga yang membuat lawakan sehingga yang lainnya tertawa
terpingkal-pingkal.
Hingga
menjelang malam, pengerjaan menghiasi kerangka itu hampir selesai. Namun
terhenti karena hujan yang berlangsung cukup lama. Momen itu dimanfaatkan untuk
beristirahat sambil diskusi. Ketika hujan reda, dekorasi kembali dilanjutkan,
kabel-kabel lampu kecil yang sudah terpasang dicek ulang.
Jelang tengah
malam, walaupun pengerjaannya belum seratus persen, lampu-lampu hias di pohon
Natal itu dicoba untuk dinyalakan. Gurat lelah di raut wajah mereka berubah
ketika semua bisa lampu menyala. Menambah semarak, sebuah bintang dibentuk dari
besi dipasang pada puncak pohon tersebut.
“Mulai dari
merakit sampai rangka didirikan, menyusun piringan CD bekas, kami lakukan
bersama-sama. Jika ada yang bagiannya selesai, membantu perkerjaan lainnya,”
ucap Robi.
Salah satu
kendala yang mereka hadapi, terang pemuda 22 tahun ini, adalah mencari CD be
kas. “Pohon
kan tinggi dan besar tentu saja membutuhkan CD bekas yang cukup banyak. Kami
kesulitan mencarinya, beruntung ada umat yang mengantarkan langsung kepada
kami. Dukungan mereka sangat luar biasa,” ucapnya.
Pembuatan
pohon terang itu untuk rangkanya menggunakan beberapa bahan seperti pipa besi 6
meter ukuran 3,5 inci, kemudian 6 meter pipa besi ukuran 4 inci, dan 144 meter
besi beton. Sedangkan bahan dekorasinya berupa kawat 50 meter, paranet 50
meter, tali senar 2 roll (200 meter), CD bekas sekitar 3000 keping, lampu slang
80 meter, lampu kawat 100 meter, kabel 50 meter, lampu sorot 5 buah, slinger 40
meter, serta 16 buah terminal kabel.
“Kami
memiliki impian tahun berikutnya merubah konsep yang lebih inovatif lagi, namun
mudah saat mendekorasinya,” pungkas Robi. (*)
Ambrosius Junius-RK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar