“Seseorang dapat dikatakan sukses ketika ia mampu membuat
ilmunya bermanfaat di tengah masyarakat yang membutuhkannya”
Manusia tidak terlepas dengan dilema dan masalah hidup.
Apalagi ia sedang menempuh perjalanan yang diangap sulit. Namun tidak terlepas
dari hal itu tentunnya manusia memiliki kebutuhan hidup sesuai dengan
tingkatannya.
Ada pula teori maslow mengatakan bahwa “ manusia dihadapkan dengan
beberapa kebutuhan antara lain kebutuhan sandang, papan, pangan, rasa ingin
dicintai, dan rasa ingin dilindungi”. Kira-kira itulah yang menyangkut
kebutuhan manusia umumnya. Dari kebutuhan dan rasa akan sesuatu, manusia akan
memperoleh diri dengan berbagai prolema hidup yang menyangkut dengan fisik dan
iman. Ilmu pengetahuan dan iman harus beriringan agar kehidupan bermasyarakat
tercapai. Kepuasan batin dan ilmu pengetahuan tidak terlepas dengan berbagai
gelombang hidup yang kian menghantam kehidupan manusia.
Apakah manusia hanya cukup semata menggunakan
kemampuannya untuk bisa menangani gelombang hidup tadi? Dalam perkuliahan yang
saya ikuti yaitu mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis yang pengajarnya adalah
dosen senior yaitu Bapak Gabriel Cristanmas., S.E., M.M. mengatakan bahwa “ keindahan bumi menunjukkan bahwa ada yang
lebih hebat atau lebih tinggi dari pada manusia, makanya jadi manusia jangan
menunjukkan rasa tinggi hati dan besar kepala”, tegasnya. Lantas saya
terpikir kembali bahwa manusia memang tidak terlepas dari rasa egois diri yang
terlalu berlebihan. Kesombongan manusia terbentuk karena manusia menganggap
dirinya lebih pandai dari pada yang lain. Hal ini banyak terjadi dikalangan
anak muda baik yang masih sekolah maupun mahasiswa/i dan tidak menutup
kemungkinan juga orang tua. Maka dari itu memperbaharui diri terus menerus
adalah perbuatan yang dianggap tepat yaitu dengan berdoa, meditasi dan
mengikuti kegiatan- kegiatan yang positif.
Belajar merupakan salah satu kunci untuk membuka jendela
pikiran. Seseorang yang mau belajar berarti ia sendang melatih diri untuk
rendah hati. Sebaliknya orang yang merasa dirinya sudah pintar atau sudah
cukup. Maka yang terjadi adalah terhenti sampai pada bagian yang ia posisikan
tersebut. Untuk mengupayakan proses belajar adalah perjuangan. Baiklah jika
seseorang memiliki niat untuk belajar hal yang baru namun jika ia tidak beruang,
maka semua itu akan mati. Artinya niat dan keinginannya hanya sampai disitu saja. Apa yang menjadi
keinginannya tidak akan tercapai.
Oleh sebab itu, belajar
adalah perjuangan yang sampai seumur hidup. Dalam kata belajar terkandung perjuangan
terus-menerus yang tak berkesudahaan. Dengan faktor-faktor yang menjadi pemicu
untuk mampu menghadapi perjuangan itu sendiri adalah percaya diri, motivasi diri, penyadaran diri dan action (aksi nyata). Percaya diri, artinya tahu dan mau untuk
bertindak dan tentunya memiliki target dan sasaran atau perhitungan yang sudah
dipertimbangkan terlebih dahulu. Agar, apa yang menjadi tujuannya benar-benar dapat tercapai sesuai dengan apa
yang diperkirakan.
Motivasi diri, artinya harus dari diri sendirilah perjuangan dapat
dilakukan dengan menumbuhkan kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia.
Penyadaran diri, ini berarti seseorang
yang sedang berjuang mestinya sadar diri bahwa ia adalah manusia yang lemah dan
banyak berkekurangan. Karena dengan penyadaran diri yang dilakukan
terus-menerus maka seseorang akan selalu menggunakan kekuatan yang transenden (berasal dari Tuhan ).
Action (aksi nyata), kadang sebagian
besar manusia hanya tahu teori saja. Mereka yang hanya bisa berbicara tanpa
adanya aksi nyata sama dengan tong kosong nyaring bunyinya. Oleh sebab itu,
seperti ungkapan Pastor Lukas Ahon Cp yang menegaskan “lebih banyaklah bertindak dan berbicaralah seperlunya sesuai dengan
porsi manusia”.
(Sumber:sedikit
ulasan pengalaman hidup dari berbagai orang antaranya Dosen Wd, Pastor dan
beberapa mahasiswa)- Samuel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar