Minggu, 29 Januari 2017

Percaya diri, Motivasi diri, Penyadaran diri dan Action


“Seseorang dapat dikatakan sukses ketika ia mampu membuat ilmunya bermanfaat di tengah masyarakat yang membutuhkannya”
Manusia tidak terlepas dengan dilema dan masalah hidup. Apalagi ia sedang menempuh perjalanan yang diangap sulit. Namun tidak terlepas dari hal itu tentunnya manusia memiliki kebutuhan hidup sesuai dengan tingkatannya. 


Ada pula teori maslow mengatakan bahwa “ manusia dihadapkan dengan beberapa kebutuhan antara lain kebutuhan sandang, papan, pangan, rasa ingin dicintai, dan rasa ingin dilindungi”. Kira-kira itulah yang menyangkut kebutuhan manusia umumnya. Dari kebutuhan dan rasa akan sesuatu, manusia akan memperoleh diri dengan berbagai prolema hidup yang menyangkut dengan fisik dan iman. Ilmu pengetahuan dan iman harus beriringan agar kehidupan bermasyarakat tercapai. Kepuasan batin dan ilmu pengetahuan tidak terlepas dengan berbagai gelombang hidup yang kian menghantam kehidupan manusia.

Apakah manusia hanya cukup semata menggunakan kemampuannya untuk bisa menangani gelombang hidup tadi? Dalam perkuliahan yang saya ikuti yaitu mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis yang pengajarnya adalah dosen senior yaitu Bapak Gabriel Cristanmas., S.E., M.M. mengatakan bahwa “ keindahan bumi menunjukkan bahwa ada yang lebih hebat atau lebih tinggi dari pada manusia, makanya jadi manusia jangan menunjukkan rasa tinggi hati dan besar kepala”, tegasnya. Lantas saya terpikir kembali bahwa manusia memang tidak terlepas dari rasa egois diri yang terlalu berlebihan. Kesombongan manusia terbentuk karena manusia menganggap dirinya lebih pandai dari pada yang lain. Hal ini banyak terjadi dikalangan anak muda baik yang masih sekolah maupun mahasiswa/i dan tidak menutup kemungkinan juga orang tua. Maka dari itu memperbaharui diri terus menerus adalah perbuatan yang dianggap tepat yaitu dengan berdoa, meditasi dan mengikuti kegiatan- kegiatan yang positif.

Belajar merupakan salah satu kunci untuk membuka jendela pikiran. Seseorang yang mau belajar berarti ia sendang melatih diri untuk rendah hati. Sebaliknya orang yang merasa dirinya sudah pintar atau sudah cukup. Maka yang terjadi adalah terhenti sampai pada bagian yang ia posisikan tersebut. Untuk mengupayakan proses belajar adalah perjuangan. Baiklah jika seseorang memiliki niat untuk belajar hal yang baru namun jika ia tidak beruang, maka semua itu akan mati. Artinya niat dan keinginannya hanya  sampai disitu saja. Apa yang menjadi keinginannya tidak akan tercapai.

Oleh sebab itu, belajar adalah perjuangan yang sampai seumur hidup. Dalam kata belajar terkandung perjuangan terus-menerus yang tak berkesudahaan. Dengan faktor-faktor yang menjadi pemicu untuk mampu menghadapi perjuangan itu sendiri adalah percaya diri, motivasi diri, penyadaran diri dan action (aksi nyata).  Percaya diri, artinya tahu dan mau untuk bertindak dan tentunya memiliki target dan sasaran atau perhitungan yang sudah dipertimbangkan terlebih dahulu. Agar, apa yang menjadi tujuannya  benar-benar dapat tercapai sesuai dengan apa yang diperkirakan.

Motivasi diri, artinya  harus dari diri sendirilah perjuangan dapat dilakukan dengan menumbuhkan kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia. 

Penyadaran diri, ini berarti seseorang yang sedang berjuang mestinya sadar diri bahwa ia adalah manusia yang lemah dan banyak berkekurangan. Karena dengan penyadaran diri yang dilakukan terus-menerus maka seseorang akan selalu menggunakan kekuatan yang transenden (berasal dari Tuhan ). 

Action (aksi nyata), kadang sebagian besar manusia hanya tahu teori saja. Mereka yang hanya bisa berbicara tanpa adanya aksi nyata sama dengan tong kosong nyaring bunyinya. Oleh sebab itu, seperti ungkapan Pastor Lukas Ahon Cp yang menegaskan “lebih banyaklah bertindak dan berbicaralah seperlunya sesuai dengan porsi manusia”.


(Sumber:sedikit ulasan pengalaman hidup dari berbagai orang antaranya Dosen Wd, Pastor dan beberapa mahasiswa)- Samuel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar