Kamis, 19 Januari 2017

Santa Brigitta: Mengandalkan Kasih Kristus


Kehidupan seorang santa seringkali tak jauh dari kehidupan orang biasa. Ia juga mengalami hal-hal yang dialami setiap manusia lainnya. 



Bedanya, dalam melakukan pilihannya, ia selalu mendahulukan kehendak Allah. Perilaku inilah yang ditunjukkan St. Brigitta di masa hidupnya. Ia adalah seorang santa dari Swedia yang lahir tahun 1303 dan meninggal 23 Juli 1373. Kehidupannya adalah cermin bagi kita semua yang ingin hidup mengandalkan kasih Kristus semata-mata.

Senang Meditasi
Lahir sebagai anak orang kaya, tak membuat Brigitta mengingkari dirinya sebagai anak Tuhan. Ayahnya, Birger Persson, adalah seorang gubernur dan jaksa di provinsi Uppland. Ibunya, bernama Ingeborg Bengstdotter. Kedua orangtuanya adalah teladan hidup Brigitta dalam menjalani hidup yang suci dan penuh kerja keras. Sang ayah menggunakan setiap hari Jumat untuk melakukan penitensi atas dosa-dosanya. Salah seorang kerabat mereka, Santa Ingrid, adalah seorang suci yang meninggal dua puluh tahun sebelum kelahiran Brigitta. Tak heran jika kehidupan Brigitta sangat religius. Pada usianya yang ke-7, gadis kecil ini menunjukkan tanda-tanda kesucian dan pencerahan spiritual yang luar biasa. Sejak kecil ia senang melakukan meditasi secara khusus untuk penderitaan Kristus.

Seperti juga gadis lain pada zamannya, pada usia 13 tahun, ia dinikahkan dengan Ulf Gudmarrson, seorang bangsawan yang masih berusia 18 tahun. Sang suami yang saleh dan religius juga sangat mempengaruhi Brigitta. Maka tak heran jika satu dari delapan putra-putri pasangan yang diberkati Tuhan ini juga adalah seorang santa, yakni Santa Katarina. Bersama sang suami, Brigitta melakukan ziarah ke Santiago de Compostella. Sekembali mereka ke Swedia, Ulf dengan seizin sang istri masuk biara Cisterciensis (di Indonesia sekarang dikenal sebagai ordo para pertapa, OCSO). Di biara tersebut, ia meninggal dunia di tahun 1344.

Mendirikan Ordo
Kematian sang suami tercinta justru membuat Brigitta semakin mendalami devosinya terhadap Kristus. Penglihatan yang dialaminya sejak masih sangat kecil semakin sering dialaminya dan semakin nyata. Ia yakin bahwa Kristus sendiri yang hadir di hadapannya. Brigitta pun menuliskan rahasia yang menjadi terbuka baginya. Tentu saja penglihatan tentang penderitaan Kristus yang dialaminya menjadikannya sangat terkenal di Abad Pertengahan, setelah tulisannya tersebut diterjemahkan dalam Bahasa Latin oleh dua teolog dari Linköping, Matthias Magister dan Prior Peter.

Praktek hidup religius dan kegemarannya melakukan meditasi mendorongnya untuk membentuk sebuah kongregasi baru, yakni Brigittines atau yang dikenal dengan Ordo Sang Penyelamat. Pada tahun 1346, Brigitta mendapatkan penghormatan secara langsung oleh Raja Swedia, Raja Magnus dan permaisurinya.

Brigitta adalah seorang religius yang sangat dalam devosinya. Untuk mendapatkan izin berdirinya kongregasinya dan juga semakin memperluas daerah misinya, Brigitta melakukan perjalanan ke Roma pada tahun 1349. Ia berada di Roma hingga meninggal dunia di tahun 1370. Di tahun yang sama Paus Urbanus V memberikan izin resmi berdirinya Ordo Brigittines.

Pada tanggal 7 Oktober 1391, Brigitta mendapatkan kanonisasi sebagai santa oleh Paus Bonivasius IX. Hidupnya yang selalu diarahkan pada Kristus, kasihnya pada sesama manusia dan dorongan yang diberikannya pada oranglain untuk hidup lebih baik, membuat Santa Brigitta patut dianugerahi sebagai ibu kaum beriman.Ia mengajarkan untuk mencintai Yesus yang tersalib. Bagi Brigitta, penderitaan dan kematian-Nya akan membuat manusia memahami cinta Tuhan pada manusia.


Sumber: Riwayat Santo Santa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar