Minggu, 30 Juli 2017

Misa Pembukaan AYD 2017 (live in) Keuskupan Agung Pontianak



Minggu ini (30 Juli – 6 Agustus 2017) adalah minggu yang istimewa karena orang muda Asia datang ke Indonesia, untuk bertemu dengan Yesus. “Selamat datang para peserta AYD ke-7 live in Keuskupan Agung Pontianak”, demikian pengantar yang disampaikan Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus saat misa pembukaan di gereja Katolik Paroki Santo Yosep Katedral Pontianak.


Acara dimulai tepat pukul 16.00 WIB diawali dengan Theme Song Asian Youth Day 2017.  Sontak suasana gereja semarak oleh suara peserta AYD (live in) yang menggema, penuh semangat dan energik diikuti dengan gerakan tangan dan tubuh. Usai lagu langsung disambut dengan Jargon/yel-yel Asian Youth Day 2017.

Hentakkan musik etnik khas Dayak Kalimantan Barat persembahan OMK Santo Paskalis Maria Ratu Pencinta Damai (MRPD) Pontianak melengkapi semaraknya suasana. Liuk gemulai gerakan penari menghantar para konselebran misa menuju altar. Hadir dalam misa tersebut Uskup Keuskupan Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi, 10 imam dari India, 5 orang imam dari Myanmar, 2 imam dari Keuskupan Sintang, 2 imam dari Keuskupan Sanggau, 1 imam dari Keuskupan Ketapang, 1 orang diakon CSE dari Bandol, dan sejumlah imam lainnya dari Keuskupan Agung Pontianak.

Hampir seluruh bagian-bagian misa menggunakan bahasa Inggris. Lagu-lagu misa yang dilantunkan oleh Koor Gabungan Paroki Katedral Pontianak membuat misa begitu khidmat.

Perutusan OMK dalam Days in Dioceses
Uskup Keuskupan Ketapang didaulat untuk memberikan renungan dalam bahasa Inggris. Dalam renungannya, Mgr. Pius Riana Prapdi mengatakan hari ini Yesus bersabda Kerajaan Allah itu seumpama harta terpendam, mutiara yang indah. Orang yang menemukan harta dan mutiara bersukacita. Kemudian menjual harta bendanya untuk membeli harta dan mutiara. Perjumpaan dengan Yesus membuat orang berani berubah. Bukan hanya mengubah diri tetapi juga mengubah kehidupan.
 
Menurut Mgr. Pius Riana Prapdi, ada tiga tanda perubahan dalam perjumpaan dengan Yesus, yaitu: sukacita, menjual seluruh miliknya dan memiliki hidup baru.

Tanda pertama orang yang bertemu dengan Yesus adalah SUKACITA. Itu adalah tanda orang yang menerima Kerajaan Allah. Ia menjadi anak Allah. Itulah jatidiri kita: kita adalah anak-anak Allah yang terkasih. Kita semua adalah orang-orang yang diistimewakan oleh Allah. Kita menjadi milik eksklusif Allah”, ujar Mgr. Pius Riana Prapdi.
 
Dikatakanya, sukacita menjadi sempurna karena Yesus tidak meninggalkan orang muda ketika berdosa melainkan menebus dengan darahNya di kayu salib. Di mataNya orang muda berharga, harga kalian tak ternilai.

Mgr. Pius Riana Prapdi, saat kita merayakan Asian youth Day dengan tema  “Joyful Asian Youth! Living The Gospel in Multicultural Asia adalah saat mensyukuri orang muda untuk Kerajaan Allah. Orang muda adalah jantung hati Gereja.

Tahun 2019 akan ada Sinode para uskup untuk orang muda dan World Youth Day di Panama. Semua itu bukti betapa pentingnya orang muda. Orang muda menjadi pusat perhatian Gereja”, ungkapnya.

Dijelaskan Mgr. Pius Riana Prapd, tanda kedua adalah menjual seluruh miliknya. Di mata Allah segala milik kalian tidak penting. Ia tidak peduli pakaian atau gadget mu. Allah menyuruh menjual segala luka-luka kita, kecemasan dan kedosaan kita. Tuhan telah memanggil dan memilih kita dan orang muda untuk “mendatangkan kebaikan”.

Lewat perkataanmu, lewat sikap hidupmu, lewat karya dan penemuanmu, lewat kreatifitasmu, lewat semangatmu Tuhan memanggilmu. Sekarang ini, di sini, Tuhan memanggilmu lewat kehadiranmu di tengah keluarga baru. Tuhan memanggilmu untuk menjadi baru”, pintanya.

Mgr. Pius Riana Prapdi  mengajak para peserta AYD 2017  (live in), untuk menjual seluruh luka-luka hidup masa lalu. Membersihkan medan kehidupan  seperti perdagangan manusia, kekerasan, intoleransi, penyalahgunaan narkoba, pengangguran dan perusakan lingkungan hidup.

Kata Mgr. Pius Riana Prapdi , tanda ketiga perjumpaan dengan Yesus adalah memiliki hidup baru. Saat ini, kita memerlukan orang muda yang dinamis, yang bergerak seperti pedagang yang harus mencari barang dagangannya, seperti nelayan yang harus bergiat mencari ikan. Orang muda diutus untuk segera bergerak.

“Mari kita membangun dunia baru yang dipenuhi kasih dan membuat jejak kebaikan dalam keragaman. Kucintai semua yang berbeda dengan tulus hati. Kucintai sesamaku seperti mencintai diriku”, ujar Mgr. Pius Riana Prapdi mengakhiri renungan.

Usai misa peserta AYD 2017 (live in) Keuskupan Agung Pontianak diarahkan dan dipersiapkan berangkat menuju paroki yang sudah ditentukan. Selama dua hari (31 Juli s.d. 1 Agustus 2017) mereka akan berada di paroki-paroki mengenal budaya dan kehidupan masyarakat setempat. Selamat datang peserta AYD 2017 (live in), OMK di paroki-paroki telah menantimu.
Paulus Mashuri
Foto : Samuel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar