Merayakan 50 Tahun Imamat dan
Ulang Tahun ke-80, Uskup Emeritus Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun, OFMCap
mendapat pujian atas cara hidupnya yang setia dan sederhana dalam menghayati
panggilan imamat. Pujian itu dilontarkan oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr.
Agustinus Agus dan Uskup Keuskupan Padang, Mgr. Martinus Dogma Situmorang,
OFMCap.
Perayaan dimulai dengan misa
syukur di gereja Katolik Paroki Santo Agustinus Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya
pada pukul 16.00 WIB (Jumat 28/7/2017). Tujuh orang uskup
hadir dalam misa tersebut, yaitu : Mgr. Agustinus Agus (Uskup Agung Pontianak),
Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFMCap (Uskup Keuskupan Padang), Mgr. Ludovikus
Simanullang, OFMCap (Uskup Keuskupan Sibolga), Mgr. Pius Datubara, OFMCap
(Uskup Emeritus Medan), Mgr. Yulius Mencuccini, CP (Uskup Keuskupan Sanggau),
Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap (Uskup Keuskupan Sintang), dan Mgr. Hieronymus
Herculanus Bumbun, OFMCap (Uskup Emeritus - Pestawan).
Tarian khas Dayak mengiringi dan
menghantar Pestawan, Mgr. Bumbun menuju altar yang sore itu sekaligus bertindak sebagai
konselebran utama dalam misa didampingi 6 orang Uskup dan 2 orang imam Kapusin,
yaitu : Pastor Amandus Ambot, OFMCap (Provinsial Kapusin) serta Pastor Herman
Mayong, OFMCap (Wakil Provinsial).
“Panggilan menjadi gembala uamt
bukanlah tanpa tantangan. Berkat rahmat dan kasih Alllah, saya mampu melewati
semua tantangan itu dan sampai pada Perayaan Pesta Emas Imamat serta uisa 80
tahun melebihi syarat yang ditentukan oleh pemazmur, yakni 70 tahun. Semoga
perayaan syukur ini mengingatkan kita bahwa Allah sangat mencintai dan takkan pernah meninggalkan kita”,
ujar Mgr. Bumbun memberi pengantar mengawali perayaan misa.
Umat yang hadir tampak sangat
antusias mengikuti prosesi perayaan. Koor gabungan dari Paroki Gembala Baik
Pontianak tampil dengan iringan musik gesek, menambah semarak perayaan misa.
Lagu-lagu yang dibawakan dalam misa bernuansa Dayak dan Tionghoa.
Kesaksian
Dua Orang Uskup
Mgr. Martinus Dogma Situmorang,
OFMCap didaulat untuk membacakan Injil dan sekaligus memberikan renungan.
“Rasanya, Mgr. Bumbun selama 50
tahun imamatnya telah melihat dan mendengar apa yang Tuhan sendiri perlihatkan
dan perdengarkan yang ditangkapnya karena kejernihan batin, kesahajaan, cinta
dan kemauan hanya mencintai. Inilah yang membuatnya mampu mengatasi segala
tantangan dan pergulatan hidup sebagai imam dan Uskup ,” ungkap Mgr. Martinus
Dogma Situmorang, OFMCap.
Uskup Keuskupan Padang mengajak seluruh umat
berdoa agar Mgr. Bumbun tetap terus dianugerahi keutamaan yang ada pada
dirinya, yaitu mencintai dan dicintai umat, lemah-lembut, rendah hati dan
sederhana.
“Mari kita syukuri atas imamat 50 tahun dan
usianya 80 tahun karena beliau telah menghadirkan Tuhan untuk kita selama ini.
Dan masih di tahun-tahun ke depan yang Tuhan perkenankan bagi dirinya”, ujar
Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFMCap.
Dan syukur kita akan lebih tepat, lanjutnya,
dengan mempersatukan diri kita sendiri dengan kurban Kristus yang telah diikuti
oleh Mgr. Bumbun dalam imamatnya selama 50 tahun, yaitu : bersyukur, berbakti,
dalam kesahajaan, ketulusan dan pemberian diri yang tanpa pamrih.
Sementara itu, Mgr. Agustinus Agus mengatakan
bahwa Keuskupan Agung Pontianak sungguh bangga mempunyai Mgr. Bumbun yang bukan
hanya meletakkan dasar, yang pokok bagi Keuskupan Agung Pontianak, tetapi
beliau juga menuntun, memelihara, mendampingi keuskupan ini.
“Ibarat sebuah tumbuhan, mulai dari menanam,
memupuk sampai memeliharanya sehingga kita dapat melihat hasilnya saat ini
menjadi keuskupan yang besar seperti pohon besar yang menghasilkan buah dan
buahnya banyak. Terima kasih Mgr. Bumbun”, ujar Mgr. Agus.
Diusianya yang sudah 80 tahun dan imamat 50
tahun, Mgr. Bumbun telah mengabdikan hidupnya selama hampir 40 tahun bagi Keuskupan
Agung Pontianak.
“Kami mendoakan, dan tetap mengharapkan serta
menempatkan Mgr. Bumbun sebagai tokoh yang keteladanannya bukan hanya menjadi dorongan
tetapi merupakan inspirasi khususnya bagi kami sebagai pelayan-pelayan gerejani
di Keuskupan Agung Pontianak, baik saya sebagai uskup maupun para imam, suster,
bruder, kaum berjubah yang berkarya melanjutkan karya yang telah dimulai
dasarnya oleh Mgr. Bumbun”, ucap Mgr. Agus.
Mgr. Agus memberikan kesaksian bahwa dirinya bisa
seperti saat ini karena yang mentahbiskan dirinya adalah Mgr. Bumbun. Tahun
1968 berdiri prefektur Apostolik Sekadau merupakan pemekaran dari Keuskupan
Ketapang yang dipimpin oleh seorang prefek dan bukan oleh seorang uskup. Ketika
itu, kami dikirim ke Yogya menjadi calon
imam untuk prefektur Sekadau. Dan karena pemimpinya bukan seorang uskup, maka
yang mentahbiskan kami adalah Mgr. Bumbun, kurang lebih 40 tahun yang lalu.
Satu peristiwa yang tidak pernah Mgr. Agus
lupakan adalah ketika Mgr. Bumbun berangkat ke Sekadau untuk mentahbiskan dirinya.
Yang menjadi sopir saat itu adalah Pastor Deomedes, OFMCap (Alm). Pastor
Deomedes adalah pastor yang mempermandikan Mgr. Agus. Karena sudah lama tidak
menyetir, lalu mobil yang dikendarainya terbalik sebelum sungai pinyuh. Dan karena
musibah itu, kepala Mgr. Bumbun sempat mengalami cidera yaitu benjol.
“Inilah peristiwa yang tidak pernah saya lupakan,
bahwa bukan hanya beban moral tetapi pengorbanan fisik pun beliau alami
sehingga saya boleh ditahbiskan menjadi imam”, ungkap Mgr. Agus.
Ketika Sekadau mengalami krisis Gereja tahun
1981-1983, Mgr. Agus pernah melarikan diri dari Sekadau mengungsi ke Nyarumkop
selama tiga Minggu, dan ketika berdiri Keuskupan Sanggau (1983), Mgr. Bumbun mengutus
seorang kepada saya di Nyarumkop dan mengatakan: “Pastor Agus boleh kembali ke
Sekadau karena sekarang Sanggau telah menjadi Keuskupan”. Itu berarti prefektur
Sekadau melebur ke Keuskupan Sanggau. Mgr. Bumbun saat itu ditunjuk menjadi
Administrator Apostolik, dan Mgr. Bumbun pula yang mohon, mengijinkan saya
untuk melanjutkan studi.
“Jadi kalau boleh saya jujur, selain mentahbiskan
saya sebagai imam, saya juga dikukuhkan, didorong, didampingi oleh Mgr. Bumbun
sehingga saya bisa seperti sekarang ini. Saya menyadari betul bahwa saya bisa
berdiri di tempat ini saat ini, itu karena jasa Mgr. Bumbun. Terima kasih Mgr.
Bumbun’, papar Mgr. Agus.
Sebagai orang yang ditahbiskan, andaikata selama
ini baik sebagai pastor maupun sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agus merasa
pasti punya kekurangan dan kesalahan. Oleh karenanya, pada kesempatan tersebut Mgr.
Agus berharap Mgr. Bumbun mau memaafkan dirinya. Mgr. Agus berjanji dan meyakinkan, bahwa apa yang
telah diperjuangkan dan dicita-citakan Mgr. Bumbun, tetap diupayakan dan
dilanjutkan.
“Terima kasih Mgr. Bumbun, selamat berpesta. Saya
bersama kuria, para biarawan-biarawati serta seluruh umat di Keukupan Agung
Pontianak tetap mendoakan Mgr. Bumbun selalu sehat dan selalu menjadi inspirasi
bagi kami”, ujar Mgr. Agus mengakhiri sambutannya.
Jamuan Makan
yang Menyatukan Hati
Usai misa umat diundang santap malam bersama di
Rumah Retret Tirta Ria Kubu Raya. Memasuki kawasan perjamuan, sang Pestawan diiringi
umat disambut dengan tari-tarian. Dan sebelum menaiki panggung utama pesta di
tepi kolam renang, Mgr. Bumbun harus menaiki perahu karet yang sudah disiapkan.
Perjalanan mengayuh perahu memberikan simbol perjalanan beliau selama 50 tahun
menjadi imam. Nyanyian dan tarian terus mengiringi hingga akhirnya sang
Pestawan naik ke atas panggung.
Sejumlah acara pun sudah disiapkan dan dipandu
oleh MC, Eva Carolin dari Ruai TV Pontianak. Ada prosesi pembagian buku biografi perjalanan imamat Mgr. Bumbun dengan judul "Orang
Bajik yang Bijak". Dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun 50 tahun imamat dan
kue ulang tahun usia 80 tahun yang disertai pelepasan balon-balon yang
memancarkan cahaya pospor ke udara.
Persembahan lagu-lagu dan drama dari Paroki
Gembala Baik Pontianak mengiringi umat dalam bersantap malam. Suasana tambah
semarak dan gembira ketika Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus
menyanyikan beberapa lagu. Sontak Mgr. Bumbun, sang Pestawan pun ikut bergoyang
bersama umat di atas panggung. Malam itu, kegembiraan, kebersamaan, damai,
sukacita, tumpah ruah di hati setiap orang yang hadir.
Selamat Pesta Emas Imamat Mgr. Bumbun dan Selamat
Ulang Tahun ke- 80 tahun.
Paulus Mashuri
Foto : Samuel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar