Senin, 31 Juli 2017

Saw Zin Ko (Peserta AYD Live in dari Myanmar):

“Saya Merasa Seperti Berada di Kampung Sendiri”

Saw Zin Ko (Peserta AYD live in dari Myanmar) bersama LO Ella
Hari ini (Selasa 1/8/2017) perhelatan live in AYD ke-7 di Keuskupan Agung Pontianak akan berakhir. Para peserta yang live in di tujuh paroki akan kembali ke Pontianak dan disambut oleh paroki homestay.

Paroki-paroki yang dimaksud yaitu : Paroki St. Yosef Pemangkat 20 peserta (homestay Paroki St. Hieronymus Tanjung Hulu Pontianak). Paroki St. Fransiskus Asisi Singkawang 30 peserta (homestay Paroki Stella Maris Siantan). Paroki St. Theresia Kanak-Kanak Yesus Bandol 20 peserta (homestay Paroki Gembala Baik Seng Hie Pontianak). Paroki St. Yusup Karangan 20 peserta (homestay Paroki St. Sesilia Ayani Pontianak). Paroki St. Yohanes Pemandi Pahauman 30 peserta (homestay Paroki St. Yosef Katedral Pontianak dan Paroki MRPD Pontianak). Paroki Salib Suci Ngabang 28 peserta (homestay Paroki Keluarga Kudus Kota Baru Pontianak). Paroki St. Theresia Rasau Jaya 12 peserta (homestay Paroki St. Agustinus Sei Raya Pontianak).

Romo Astanto, CM (paling kiri) bersama Ibu Maria Goreti (tengah)
dan peserta AYD live in : Loyola Gomes (India - baju putih), 

Lidya  (OMK Sanggau)
Majalah DUTA bersama Ketua Panitia AYD ke-7 (live in) Keuskupan Agung Pontianak, Romo Astanto, CM berkesempatan berkunjung ke salah satu paroki dimana peserta live in melakukan kegiatannya, yaitu Paroki St. Theresia Rasau Jaya. Kunjungan kami lakukan Senin sore (31/7/2017), pukul 16.00 WIB kami berangkat dari Pontianak menuju paroki yang akan dikunjungi.

Romo Warsito, OFMCap  berfoto bersama  konselebran EKM
Sampai di tujuan, Romo Astanto, CM berkenan mengantar TIM DUTA ke rumah orang tua Romo Yosef Ekatom, OFMCap, (Ibu Maria Goreti) salah satu keluarga yang rumahnya menjadi tempat menginap bagi peserta live in.


Tuan rumah menyambut kami dengan hangat dan ramah. Dua peserta live in juga ada di rumah. Tanpa membuang waktu, TIM DUTA langsung melakukan tugas reportasenya. 

“Saya sangat senang bisa menjadi salah satu orang tua asuh bagi peserta live in. Bangga dan bahagia rasanya melihat anak-anak muda yang mau belajar tentang kehidupan yang ada di umat, terutama kami yang tinggal di pedesaan seperti Rasau Jaya ini”, ujar Ibu Maria Goreti kepada DUTA.

Meskipun agak sulit dalam berkomunikasi karena salah satu dari dua orang peserta live in yang diasuhnya berasal dari India, Ibu Maria Goreti tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi ke dua anak asuhnya tersebut.

Rasau Jaya sebuah desa kecamatan yang sekaligus menjadi pusat paroki ini telah mengajarkan dan membagikan sedikit pengalaman hidup secara nyata kepada sebagian OMK  yang live in di desa kecamatan Rasau Jaya.


Romo Ignatius Michael Warsito, OFMCap kepada DUTA mengatakan pengalaman singkat selama live in sebagai wujud dari Suka cita Orang Muda Asia dalam menghidupi Injil di tengah multikultural Asia coba diimplikasi sesuai tema AYD ke-7 tahun  2017.

Ibu Maria Goreti saat diwawancarai oleh DUTA
“Perjalanan dan perziarahan dalam kegiatan live in yang terasa pendek tentu memiliki kesan tersendiri sehingga rasanya sulit untuk dilupakan oleh para pesertanya”, ujar Pastor Kepala Paroki St. Theresia Rasau Jaya yang menerima 12 peserta live in.

Romo Warsito, OFMCap sangat berterima kasih karena parokinya diberikan kesempatan untuk menerima peserta live in. Ini merupakan kesempatan bagi umat di sini, khususnya OMK dapat berbagi pengalaman dalam sisi bahasa, hidup keseharian keluarga, maupun budaya masing-masing.


Kata Romo Warsito, OFMCap, berbagai kegiatan peserta live in disesuaikan dengan aktivitas harian yang dilakukan oleh keluarga (orang tua asuh) dimana peserta live in menginap. Kalau orang tua asuhnya petani, maka peserta live in akan mengambil pengalaman hidup sebagai petani dari orang tua asuhnya.

Loyola Gomes (India), salah seorang peserta live in yang diasuh oleh Ibu Maria Goreti mengungkapkan kekagumannya kepada warga Rasau Jaya yang begitu baik dalam menjalani hidup rohani dengan rutinitas kesehariannya.

“Sepintas saya bisa melihat hidup beriman mereka sungguh nyata diungkapkan dengan ibadat yang mewarnai rasa syukur setiap harinya dalam keluarga dimana saya menginap. Tidak berhenti sampai di situ, keramahan dan kehangatan setiap orang yang saya jumpai juga menunjukkan bahwa hidup rohani mereka tidak hanya berhenti kepada iman, namun juga tindakan konkret kepada sesama. Orang Muda sudah seharusnya belajar dari rutinitas warga desa di sini. Itulah kesan saya”, ujar Loyola Gomes.

Hampir senada, Saw Zin Ko (Myanmar) mengungkapkan sambutan yang hangat sejak awal kami datang, terutama oleh OMK lokal membuat kami peserta live in semakin bersemangat. Keramahan dan sambutan hangat keluarga sangat dirasakan.

“Perjalanan yang terasa melelahkan tak mengurangi keceriaan dan kebahagiaan  kami karena sambutan yang begitu hangat. Saya jadi ingat dengan kampung saya di Myanmar. Saya merasa seperti berada di kampung sendiri”, ujar Saw Zin Ko.

Ketika DUTA menanyakan soal kecocokan menu makanan yang disajikan oleh keluarga tempat mereka menginap, keduanya menjawab tidak masalah. “Semua makanan yang disajikan kami makan, dan rasanya enak. Kami kan juga orang Asia jadi selera tak jauh-jauh berbeda”, ujar keduanya sambil
tertawa.

Sementara itu Lidya OMK Paroki Maria Diangkat ke Surga Sungai Ayak Keuskupan Sanggau mengungkapkan kesannya bahwa terasa sekali kalau umat di Rasau Jaya ini rukun, ramah dan bersahabat. “Meski saya belum terlalu banyak tahu kondisi di sini, tetapi aura itu sangat berasa. Apalagi Ibu Maria Goreti (Ibu asuh) sangat baik, ramah, mau berbagi tentang pengalaman hidupnya, dan sangat memperhatikan kami”, ujarnya.

Setelah seharian mengikuti aktivitas keluarga dimana mereka menginap, seluruh peserta live in malam hari (31/7/ 2017) pukul 19.00 WIB mengadakan Ekaristi Kaum Muda di gereja pusat paroki St. Theresia Rasau Jaya.

Sesuai jadwal yang sudah disusun panitia, hari ini (1/8/2017) peserta live in akan disambut oleh masing-masing paroki homestay dengan berbagai acara dan kegiatan yang sudah disiapkan. Acara dimasing-masing paroki homestay akan berlangsung hingga sore hari ini.

Malam harinya, seluruh rangkaian kegiatan AYD live in Keuskupan Agung Pontianak akan ditutup dengan menggelar acara malam keakraban yang dikemas dalam pentas budaya di Hotel Star pukul 18.00 WIB.

Besok,  Rabu (2 Agustus 2017) pukul 05.30 WIB seluruh peserta yang akan ikut acara puncak AYD di Yogyakarta (2-6 Agustus 2017) harus sudah tiba di Bandara Supadio. Peserta AYD yang akan berangkat ke AYD di Yogyakarta berjumlah 167 orang (termasuk Mgr. Agus) dan berangkat pukul 07.00 WIB dari Supadio Pontianak.

Sukses untuk AYD ke-7 (live in) Keuskupan Agung Pontianak.

Paulus Mashuri

Foto : Samuel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar