“Saya Merasa Seperti Berada di Kampung Sendiri”
Saw Zin Ko (Peserta AYD live in dari Myanmar) bersama LO Ella |
Paroki-paroki
yang dimaksud yaitu : Paroki
St. Yosef Pemangkat 20 peserta (homestay Paroki St. Hieronymus
Tanjung Hulu Pontianak). Paroki St. Fransiskus Asisi Singkawang 30 peserta (homestay Paroki
Stella Maris Siantan). Paroki St. Theresia Kanak-Kanak Yesus Bandol 20 peserta
(homestay Paroki Gembala Baik Seng Hie Pontianak). Paroki St. Yusup
Karangan 20 peserta (homestay Paroki St. Sesilia Ayani Pontianak). Paroki
St. Yohanes Pemandi Pahauman 30 peserta (homestay Paroki St. Yosef
Katedral Pontianak dan Paroki MRPD Pontianak). Paroki Salib Suci Ngabang 28
peserta (homestay Paroki Keluarga Kudus Kota Baru Pontianak). Paroki
St. Theresia Rasau Jaya 12 peserta (homestay Paroki St. Agustinus
Sei Raya Pontianak).
Romo Astanto, CM (paling kiri) bersama Ibu Maria Goreti (tengah) dan peserta AYD live in : Loyola Gomes (India - baju putih), Lidya (OMK Sanggau) |
Romo Warsito, OFMCap berfoto bersama konselebran EKM |
Tuan rumah
menyambut kami dengan hangat dan ramah. Dua peserta live in juga ada di rumah.
Tanpa membuang waktu, TIM DUTA langsung melakukan tugas reportasenya.
“Saya sangat senang bisa menjadi salah satu
orang tua asuh bagi peserta live in. Bangga dan bahagia rasanya melihat
anak-anak muda yang mau belajar tentang kehidupan yang ada di umat, terutama
kami yang tinggal di pedesaan seperti Rasau Jaya ini”, ujar Ibu Maria Goreti kepada DUTA.
Meskipun
agak sulit dalam berkomunikasi karena salah satu dari dua orang peserta live in
yang diasuhnya berasal dari India, Ibu Maria Goreti tetap berusaha untuk
memberikan yang terbaik bagi ke dua anak asuhnya tersebut.
Rasau
Jaya sebuah desa kecamatan yang sekaligus menjadi pusat paroki ini telah
mengajarkan dan membagikan sedikit pengalaman hidup secara nyata kepada
sebagian OMK yang live in di desa kecamatan Rasau Jaya.
“Perjalanan dan perziarahan dalam kegiatan live in yang terasa pendek tentu memiliki kesan tersendiri sehingga rasanya sulit untuk dilupakan oleh para pesertanya”, ujar Pastor Kepala Paroki St. Theresia Rasau Jaya yang menerima 12 peserta live in.
Romo Ignatius Michael Warsito, OFMCap kepada DUTA mengatakan pengalaman singkat selama live in sebagai wujud dari Suka cita Orang Muda Asia dalam menghidupi Injil di tengah multikultural Asia coba diimplikasi sesuai tema AYD ke-7 tahun 2017.
Ibu Maria Goreti saat diwawancarai oleh DUTA |
Romo Warsito, OFMCap sangat berterima kasih karena parokinya diberikan kesempatan untuk menerima peserta live in. Ini merupakan kesempatan bagi umat di sini, khususnya OMK dapat berbagi pengalaman dalam sisi bahasa, hidup keseharian keluarga, maupun budaya masing-masing.
Kata Romo Warsito, OFMCap, berbagai kegiatan peserta live in disesuaikan dengan aktivitas harian yang dilakukan oleh keluarga (orang tua asuh) dimana peserta live in menginap. Kalau orang tua asuhnya petani, maka peserta live in akan mengambil pengalaman hidup sebagai petani dari orang tua asuhnya.
Loyola
Gomes (India), salah seorang peserta live in yang diasuh oleh Ibu Maria Goreti
mengungkapkan kekagumannya kepada warga Rasau Jaya yang begitu baik dalam
menjalani hidup rohani dengan rutinitas kesehariannya.
“Sepintas
saya bisa melihat hidup beriman mereka sungguh nyata diungkapkan
dengan ibadat yang mewarnai rasa syukur setiap harinya dalam keluarga dimana saya menginap.
Tidak berhenti sampai di situ, keramahan dan kehangatan setiap orang yang saya
jumpai juga menunjukkan bahwa hidup rohani mereka tidak hanya berhenti kepada
iman, namun juga tindakan konkret kepada sesama. Orang Muda
sudah seharusnya belajar dari rutinitas warga desa di sini. Itulah kesan
saya”, ujar Loyola Gomes.
Hampir senada, Saw Zin Ko
(Myanmar) mengungkapkan sambutan yang hangat sejak awal kami datang, terutama
oleh OMK lokal membuat kami peserta live in semakin bersemangat. Keramahan dan
sambutan hangat keluarga sangat dirasakan.
“Perjalanan
yang terasa melelahkan tak mengurangi keceriaan dan kebahagiaan kami karena sambutan yang begitu hangat. Saya
jadi ingat dengan kampung saya di Myanmar. Saya merasa seperti berada di
kampung sendiri”, ujar Saw Zin Ko.
Ketika DUTA
menanyakan soal kecocokan menu makanan yang disajikan oleh keluarga tempat
mereka menginap, keduanya menjawab tidak masalah. “Semua makanan yang disajikan
kami makan, dan rasanya enak. Kami kan juga orang Asia jadi selera tak
jauh-jauh berbeda”, ujar keduanya sambil
tertawa.
Sementara
itu Lidya OMK Paroki Maria Diangkat ke Surga Sungai Ayak Keuskupan Sanggau
mengungkapkan kesannya bahwa terasa sekali kalau umat di Rasau Jaya ini rukun,
ramah dan bersahabat. “Meski saya belum terlalu banyak tahu kondisi di sini,
tetapi aura itu sangat berasa. Apalagi Ibu Maria Goreti (Ibu asuh) sangat baik,
ramah, mau berbagi tentang pengalaman hidupnya, dan sangat memperhatikan kami”,
ujarnya.
Setelah
seharian mengikuti aktivitas keluarga dimana mereka menginap, seluruh peserta
live in malam hari (31/7/ 2017) pukul 19.00 WIB mengadakan Ekaristi Kaum Muda di
gereja pusat paroki St. Theresia Rasau Jaya.
Sesuai
jadwal yang sudah disusun panitia, hari ini (1/8/2017) peserta live in akan disambut
oleh masing-masing paroki homestay
dengan berbagai acara dan kegiatan yang sudah disiapkan. Acara dimasing-masing
paroki homestay akan berlangsung hingga sore hari ini.
Malam
harinya, seluruh rangkaian kegiatan AYD live in Keuskupan Agung Pontianak akan
ditutup dengan menggelar acara malam keakraban yang dikemas dalam pentas budaya
di Hotel Star pukul 18.00 WIB.
Besok, Rabu (2 Agustus 2017) pukul 05.30 WIB seluruh peserta
yang akan ikut acara puncak AYD di Yogyakarta (2-6 Agustus 2017) harus sudah tiba
di Bandara Supadio. Peserta AYD yang akan berangkat ke AYD di Yogyakarta
berjumlah 167 orang (termasuk Mgr. Agus) dan berangkat pukul 07.00 WIB dari
Supadio Pontianak.
Sukses untuk AYD
ke-7 (live in) Keuskupan Agung Pontianak.
Paulus Mashuri
Foto : Samuel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar