Mgr. Agus Tata Ulang Kawasan
Wisata Rohani Gua Maria Anjongan
Mgr. Agus bersama imam menuju altar |
Realisasi
penataan ulang kawasan Gua Maria Ratu Pecinta Damai Anjongan dimulai pada
Minggu (29/10/2017) lalu dengan upacara peletakan Batu Pertama oleh Uskup Agung
Pontianak, Mgr. Agustinus Agus.
Suasana Misa Penutupan Bulan Maria di Gua Maria Anjongan |
Hadir dalam
acara tersebut P. Fidelis Sajimin, Pr (Pastor Paroki Sungai Pinyuh), P. Andreas
Kurniawan OP (Ekonom KAP), P. Alex Mingkar, Pr (Pastor Paroki Katedral
Pontianak), P. Hermes, Pr (Pastor Paroki Serimbu), keluarga Van Aert (yang
selama ini mengurus Gua Maria Anjongan/sekaligus pemilik tanah), Pak Andre
(Arsitek), dua orang Suster Dominikan yang nantinya akan mengelola rumah
retret, beberapa donatur, serta umat.
Umat yang hadir dalam misa |
Diawali dengan Misa Penutupan Bulan Maria
Sebelum
upacara peletakan Batu Pertama, Mgr. Agustinus Agus berkenan memimpin misa
penutupan Bulan Maria di Gua Maria Ratu Pecinta Damai Anjongan pada pukul 09.00
WIB.
Ribuan umat memadati lokasi Gua Maria Anjongan |
Ribuan umat
penuh sesak memadati kawasan Gua Maria Ratu Pecinta Damai Anjongan.
Umat yang berada di tebing bukit |
“Misa
penutupan ini sangat special, karena sudah lama seorang Uskup tidak memimpin
misa di Gua Maria Ratu Pecinta Damai Anjongan ini,” ujar Leo Van Aert kepada
DUTA.
Umat usai misa yang ingin berdoa secara pribadi di Gua Maria Anjongan |
Memang, sejak diresmikannya
sebagai tempat doa dan ziarah, Gua Maria Anjongan selalu padat dikunjungi umat Katolik dari berbagai pelosok Kalimantan
Barat. Tambahan lagi kali ini Uskup Agung Pontianak yang memimpin misa, semakin
menjadi ‘magnet’ bagi umat untuk hadir.
Umat berdiri di dekat Baliho |
Alasan Penting Penataan Kawasan Gua Maria Anjongan
Menjelang berkat penutup, Mgr. Agus memberikan
gambaran umum kepada seluruh umat yang hadir dalam Misa, mengenai alasan
penting kenapa Gereja (Keuskupan Agung Pontianak) berkepentingan untuk menata
ulang kawasan Gua Maria Anjongan.
Mgr. Agus menjelaskan gambaran umum pembangunan kawasan wisata rohani |
“Inilah bentuk kepedulian Gereja dalam
menyediakan sentra-sentra untuk pembinaan iman umat, lebih khusus lagi dalam
hal menyediakan tempat doa dan ziarah (lokasi wisata rohani) yang dilengkapi
dengan fasilitas penunjang,” ujar Mgr. Agus.
Gua Maria Anjongan yang terletak di wilayah Paroki Sungai Pinyuh ini adalah
milik Keuskupan Agung Pontianak dan nantinya akan dikelola dengan profesional,
dalam artian ada yang mengurus dan memeliharanya.
Mgr. Agus memperkenalkan arsitek yang merancang kawasan wisata rohani |
Tempat ziarah dan doa ini nantinya dapat dikunjungi kapan saja, tidak hanya
pada bulan Mei dan Oktober seperti kebiasaan selama ini. Bahkan umat bisa
menggunakannya sebagai tempat kegiatan rohani, karena disediakan rumah retret, kapel,
aula pertemuan dan Jalan Salib.
Mgr. Agus memperkenalkan dua orang Suster Dominikan yang akan mengelola kawasan wisata rohani |
Gua Maria Anjongan yang berjarak 66,6 Kilometer dari pusat Keuskupan Agung
Pontianak ini lokasinya sangat strategis karena letaknya di jalan utama (Jalan
Raya Anjongan) sehingga mudah di jangkau, dekat dengan pasar, dekat dengan
pusat Paroki Sungai Pinyuh, dan berada di pusat kecamatan Anjongan.
Sebelum berkat penutup, Ferdy S (penyanyi lokal) diminta untuk menyanyikan lagu Ave Maria |
Tambah lagi, Gua Maria Anjongan adalah salah satu Gua Maria yang sudah lama
berdiri (29 April 1973) dan sudah
tidak asing lagi ditelinga umat Katolik. Oleh karena itu, Mgr. Agus optimis
penataan ulang kawasan akan berjalan dengan lancar.
Mgr. Agus memberkati air yang akan digunakan memerciki lokasi pembangunan |
Sebagai bentuk realisasi rencana tersebut, Mgr. Agus telah membeli lahan
seluas 3 hektar yang terletak di samping Gua Maria Anjongan. Dan sudah dibuat master
plan-nya agar terencana dengan baik mulai dari penempatan lokasi-lokasi
yang akan dibangun sampai pada perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk
penataan ulang kawasan.
Memberkati batu pertama oleh Mgr. Agus |
“Hal ini penting agar proses pengerjaannya tidak terhenti dijalan akibat
dari kurang baiknya perencanaan awal,”tegas Mgr. Agus.
Mempertahankan Nilai
Historis dan Kelestarian Alam
Berdirinya Gua
Maria Ratu Pecinta Damai Anjongan memiliki nilai historis terkait dengan ‘pesan
perdamaian’. Kala itu terjadi insiden terkait operasi penumpasan Pasukan Gerilya
Rakyat Sarawak/ Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PGRS/Paraku) atau dikenal pula
dengan Peristiwa Mangkok Merah.
Lokasi pembangunan diberkati |
Kondisi politik di Indonesia di awal pemerintahan Presiden Soeharto, memang
seakan-akan melegalkan tindakan pengusiran dan pembunuhan etnis Cina di Kalbar
saat itu, tak terkecuali juga di wilayah Landak sampai Sungai Pinyuh (termasuk
Anjongan).
Aksi pengusiran dan pembunuhan di Kalbar pada 1967, dipicu kebijakan
diskriminatif negara yang menyebabkan sikap anti-China meluas di seluruh
Indonesia.
Peletakan Batu Pertama pembangunan aula rumah retret oleh Mgr. Agus |
Rekonsiliasi
ditempuh pemerintah guna menyelesaikan berbagai tragedi kemanusiaan masa lalu,
pasca G 30 S PKI 1965 di Jakarta, di mana Partai Komunis Indonesia (PKI)
dituding sebagai dalang.
Kondisi ini
pula yang mendorong beberapa orang untuk mengusahakan perdamaian di daerah
Anjongan dan sekitranya. Mgr. Isak Doera, yang waktu itu masih menjabat sebagai
Pastor ABRI bersama Antonius Lenardus Van Aert serta beberapa orang lainnya
sepakat ingin membuat perdamaian antara kelompok yang bertikai dan mengajak
mereka datang ke Gua Maria di Anjongan. Perdamaian pun terjadi, dan dari
situlah nama Gua Maria Ratu Pecinta Damai Anjongan muncul sebagai simbol
perdamaian.
Dengan
mempertimbangkan peristiwa masa lampau itu, Mgr. Agus tidak ingin mengubah nama
Gua Maria Ratu Pecinta Damai Anjongan karena memiliki nilai historis. Selain
itu, dalam membangun kawasan wisata pun sedapat mungkin pohon-pohon yang ada di
sekitar kawasan tidak akan ditebang.
“Saya ingin
membangun dengan tetap memperhatikan kelestarian dan keindahan alamnya,” tegas
Mgr. Agus.
Nilai historis
lainnya yang dirancang di kawasan wisata rohani ini adalah membangun miniatur
Katedral Pontianak yang lama. Dengan miniatur ini, setiap orang yang datang
dapat mengetahui dan melihat bentuk awal Katedral Pontianak sebelum berdiri
megah seperti saat ini. Dan bahkan foto-foto para uskup yang pernah memimpin
Keuskupan Agung Pontianak akan dipajang di depan miniatur tersebut.
Kedepankan Nilai Ke-bhinekaan
Tahap awal
dibangun rumah suster (susteran), rumah pegawai, dan aula rumah retret. Tahap
berikutnya dibangun Jalan Salib, ruang makan dan unit-unit rumah penginapan.
Dalam
membangun kawasan wisata rohani ini, nilai-nilai kebhinekaan yang ada pada
masyarakat setempat akan dikedepankan.
Simbol-simbol nilai
kebhinekaan itu akan tampak terutama pada pembangunan unit-unit rumah
penginapan. Di mana nantinya akan dirancang unit rumah yang berciri khas etnis
Dayak, Tionghoa, Melayu, Jawa dan etnis-etnis lain yang ada di Kalimantan.
“Di situlah
letak dayak tariknya nanti wisata rohani ini,” ujar Mgr. Agus.
Khusus rumah
penginapan akan dibangun dua unit berkelas hotel kecil, dengan satu kamar, satu
tempat tidur, WC dan kamar mandi.
Wawancara Mgr. Agus dengan RUAI TV Kalbar |
Selain itu
akan dibangun 4 unit rumah penginapan yang setiap unitnya memiliki 6 kamar.
Akan dibangun juga sebanyak 6 unit rumah penginapan yang setiap unitnya
memiliki 4 kamar.
Mgr. Agus sampaikan ucapan terima kasih kepada Keluarga Van Aert dan umat setempat yang telah memberi dukungan |
Situasi ini
sengaja diciptakan agar nanti bisa dirancang kegiatan pawai lilin seperti di
Lourdes disetiap bulan Maria. Pawai lilin bisa dimulai dari Patung Santa Bernadeth
lalu berkeliling sampai di Plaza dengan Berkat Sakramen Mahakudus dan berkahir
di Gua Maria.
”Itulah mimpi
saya. “Boleh enggak saya mimpi?” tanya Mgr Agus. “Boleh …” gemuruh jawaban
umat.
Bahkan lanjut
Mgr. Agus, dirinya bermimpi akan membangun Patung Kristus Raja di atas puncak di
kawasan tersebut dengan ketinggian sekitar 33 meter, sehingga patung ini nantinya
akan terlihat dari Jalan Raya Anjongan.
“Doakan dan
dukung saya untuk mewujudkan mimpi ini,” pinta Mgr. Agus.
Mgr. Agus Sampaikan Ucapkan Terima Kasih dan Mohon
Dukungan Semua Pihak
Dapat
dimulainya penataan ulang kawasan wisata rohani Gua Maria Anjongan tidak
terlepas adanya andil dari keluarga Van Aert sebagai pemilik tanah. Keluarga
Van Aert telah bersedia menjual tanahnya kepada pihak Keuskupan Agung Pontianak
seluas 3 hektar.
“Untuk itu
semua, saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga Van Aert,” ujar Mgr. Agus.
Selanjutnya, lanjut
Mgr. Agus, untuk membangun kawasan wisata rohani tentu membutuhkan dana yang
cukup besar. Kebutuhan dana antara 10 sampai 15 milyar.
“Ini proyek
besar Keuskupan, bukan proyek ordo atau tarekat tertentu. Oleh karena itu saya
mengharapkan dukungan dari semua pihak. Kita punya 27 paroki. Kita
akan cari 15 paroki yang bisa membantu dan menyumbang untuk Jalan Salib (15
perhentian) dengan patung setinggi 2 meter,” harap Mgr. Agus.
Selain mengharapkan
bantuan donatur, Mgr. Agus berencana menjual kamar-kamar yang akan
dibangun.
“Saya akan
jual satu kamar 30 juta rupiah, dan nama pembeli akan
diabadikan di setiap kamar. Tuhan tidak menuntut itu, tapi saya manusia
menghormati orang yang menyumbang,” ujar Mgr. Agus.
Meski
jumlahnya kelihatan besar, Mgr. Agus yakin kalau paroki, umat, dan keuskupan
bekerja sama maka akan terasa ringan mewujudkannya.
“Tempat ini
akan menjadi kebanggan umat Katolik Keuskupan Agung Pontianak, bukan kebanggaan
saya sebagai Uskup,” ujar Mgr. Agus.
Oleh karena
itu, Mgr. Agus sangat menekankan adanya partisipasi semua pihak. Siapa saja
boleh menyumbang, sehingga wisata rohani Gua Maria Ratu
Pecinta Damai Anjongan ini menjadi kebanggaan bersama.
Yang ingin
membantu bisa menghubungi (0561) 731280
atau 0812 5233 8650. Sumbangan dana
bisa juga langsung disalurkan lewat Rekening
BCA 512 5678 901 an Keuskupan Agung Pontianak.
Saat beban hidup kian mendesak dan kepala mulai penat dengan berbagai
permasalahan, kita tentu membutuhkan istirahat dan kembali menyegarkan pikiran.
Tak ada pelipur lara yang lebih indah daripada Sang Pencipta sendiri. Dekatkan
diri pada Sang Ilhai, karena Dia yang bisa menjawab setiap pergumulan kita.
Langkahkan kakimu dan berziarahlah.
Semoga penataan ulang kawasan Gua Maria Anjongan menjadi tempat wisata
rohani dapat terwujud dan menjadikannya oase bagi mereka yang haus akan Tuhan.
**** PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar